I/
Beri aku peluk, yang begitu mengikat, kekasih.
Biar jarak membenci kita
Biar dekat yang mendekap adalah yang paling pantas
Aku ingin pulang kepadamu, menjadi diriku yang utuh
Aku tidak bisa mengandalkan apa-apa
Untuk berharap kita selama-lamanya,
Meskipun begitu
Kulempar segala doa baik
Semoga langit-langit memayunginya
Semoga Tuhan mendengar dan menerima
Rapal namaku dengan sapaanmu yang paling mesra
Biar semua dengar
Sebab kita adalah yang paling puisi, bukan?
II/
Malam selalu mengantri untuk menyapa
Karena hendak mencapaimu
Sore menjadi cemburu
Barangkali, ia muak, tidak ada pertemuan,
tidak ada percakapan indah juga, padahal
Sore mengaku, ia ikhlas menjadi segala sesuatu yang ternyaman di bumi ini
Tetap tidak peduli, kamu tetap memilihku, bukan?
Aku tidak bisa berbuat apa-apa
Atas maksud mereka, aku juga tidak mengerti
Sebab aku dan kamu saja juga bergejolak
Untukmu bisa mencapai aku dan Untukku bisa mencapaimu
Jalan saja juga terlihat tidak begitu jelas
Apa mungkin disebabkan pertengkaran mereka, entah juga
Aku dan kamu selalu berdamai saat segalanya sudah aman,
Sore dan malam, tergantikan
Pagi hari, ketika tenang datang menjadi yang paling akrab dan suka memeluk
Dalam pejam aku dan kamu berjalan, melewati taman bunga, dengan langit biru dan kupu-kupu yang bersandar di pundak
Aku kembali menatapmu,
Tidak peduli jika malam dan sore nanti, akan berdebat mencarimu kembali
Betapa sungguh,
Matamu adalah maha karya
Seperti separuh bulan
Aku ingin tinggal di sana lebih lama
Ia milikku, kan? Kubilang
Sayang, pukul lima aku sudah bangun
05:00, pagi
menulis puisi,
sembari mendengarkan lagu
kita adalah sisa-sisa keikhlasan yang tak diikhlaskan
Komentar
Posting Komentar